Kisah Sang Raja Dan Pelayannya Bernama Fairuz

Kisah Sang Raja Dan Fairuz


Dikisahkan di sebuah negeri tinggal lah seorang Raja. Pada suatu hari sang raja yang berada di lantai atas istananya sedang menoleh dan kebetulan dia melihat dan memperhatikan seorang perempuan yang cantik jelita dari lantai atas istananya. Kemudian sang Raja berkata kepada sebagian dayang-dayangnya, “Perempuan itu milik siapa wahai dayang-dayangku?” lanjut dayang-dayang berkata kepada sang Raja, “Perempuan itu istri pelayan tuan, yaitu Fairuz.”

Kemudian sang Raja pun turun dari lantai atas istananya. Sang Raja benar-benar di mabuk asmara kepada perempuan yang di lihatnya dari lantai atas istananya tersebut. Lalu sang Raja memanggil pelayannya Fairuz dan berkata kepadanya, “Hai Fairuz!”

“Saya paduka.” Jawab Fairuz.

Raja melanjutkan perkataannya, “Ambillah surat ini. Bawalah ke negeri seberang dan berikan aku jawaban secepatnya.”

Pelayan itu pun mematuhi perintah sang Raja. Lantas dia menuju rumahnya. Dan meletakkan surat yang di berikan sang raja di atas tempat tidurnya. Dia pun mempersiapkan dirinya untuk melakukan perjalanan. Memasuki waktu pagi, dia berpamitan kepada istrinya dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja tanpa menyadari apa yang sedang direncanakan oleh sang Raja.

Di sisi lain, sang Raja menuju ke rumah pelayannya  Fairuz. Dia mengetuk pintu dengan pelan. Lantas kemudian istri Fairuz pun berkata dari balik pintu, “Siapa di luar?” Raja pun menjawab, “Saya Raja, majikan suamimu.” lau Isterinya pun membukakan pintu untuknya, lalu sang Raja masuk.

istri Fairuz berkata kepada Raja, “Baru kali ini saya melihat tuan ke sini.” Sang Raja pun berkata, “Saya datang untuk berkunjung.” Perempuan tersebut menanggapinya, “Saya berlindung diri kepada Allah SWT dari kunjungan ini. Saya kira kunjungan ini tidaklah pantas.”

Sang Raja berkata kepada istri Fairuz, “Celaka lah kamu! Sesungguhnya aku ini Raja dan majikan dari suamimu. Aku tidak menduga bahwa kamu tidak mengenaliku ?” Perempuan tersebut menjawab, “Saya mengenalimu tuan. Akan tetapi, orang-orang terdahulu terlanjur mengucap syair berikut :

Saya akan meninggalkan air kalian tanpa mau mendatanginya karena telah banyak orang yang mendatanginya

Jika lalat jatuh pada makanan, maka aku pun mengangkat tanganku padahal nafsuku menginginkannya.

Singa-singa enggan mendatangi air ketika anjing-anjing telah menjilati air tersebut.

Kemudian perempuan tersebut berkata, “Wahai Sang Raja! Paduka telah mendatangi tempat minum anjing paduka sendiri dan Paduka meminumnya.

Maka, sang Raja menjadi pun malu atas perkataan Istri Fairuz tersebut, lalu dia beringsut keluar meninggalkan Istri Fairuz tersebut dan lupa akan sandalnya tertinggal di dalam rumah.

Sedang si pelayan yang telah berangkat untuk memenuhi perintah majikannya, dia merasa kehilangan surat. Ternyata dia tidak membawa serta surat tersebut. Dia pun teringat, dia lupa kalau suratnya masih ada di bawah tempat tidurnya. Lantas dia kembali ke rumah. Kebetulan, dia sampai di rumah setelah sang Raja keluar dari rumahnya. Tetapi, dia menemukan sandal sang Raja di dalam rumahnya. Dia pun tidak kehilangan akal. Dia sadar bahwa sang Raja mengutusnya untuk melakukan perjalanan ini dikarenakan ada sesuatu yang hendak dilakukannya. Dia pun terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata. Dia pun mengambil surat dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja.

Tatkala dia telah melaksanakan tugasnya, dia pun menghadap sang Raja. Lantas sang Raja memberinya hadiah seratus dinar, lalu dia pergi ke pasar dan membeli sesuatu yang disukai oleh istrinya. Dia juga mempersiapkan hadiah yang bagus. Dia mendatangi istrinya lalu mengucap salam kepadanya dan berkata, “Ayo kita berkunjung ke rumah ayahmu!”

“Untuk apa?” Tanya si istri.

Dia menjawab, “Sang Raja telah memberi hadiah kepadaku dan saya ingin engkau menampakkannya kepada keluargamu.”

Dia pun bangkit dan menuju ke rumah ayahnya. Mereka bergembira dengan kedatangan perempuan tersebut serta benda-benda yang dibawanya. Lalu dia menetap di rumah keluarganya selama sebulan. Dia pun tidak pernah menanyakan istrinya dan tidak pernah menyebut-nyebutnya.

Kemudian saudara si istri mendatangi dan berkata, “Kamu pilh antara menceritakan kepada kami akan penyebab kemarahanmu atau kami minta putusan hukum kepada Raja?”

Fairuz menjawab, “Jika kalian menghendaki putusan hukum, lakukanlah. Saya tidak meninggalkan hak istri saya yang merupakan kewajiban saya.”

Lantas mereka pun menuntutnya untuk mencari putusan hukum. Fairuz bersama mereka menghadap hakim. Ketika itu hakim sedang duduk di samping Raja. Saudara si istri berkata, “Tuanku hakim yang mulia! Saya menyewakan kepada pemuda ini kebun yang berpagar kuat lengkap dengan sumur yang airnya melimpah dan terpelihara serta pepohonan yang berbuah, lalu dia memakan buah-buahannya, merobohkan pagarnya, dan menghancurkan sumurnya.”

Lantas hakim menoleh ke arah si pemuda dan berkata kepadanya, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Wahai tuan hakim! Saya telah menerima kebun itu dan saya menyerahkannya lagi kepadanya sebaik keadaannya semula.”

Hakim bertanya, “Apakah dia mengembalikan kebun itu kepadamu sebagaimana keadaannya semula?”

Dia menjawab, “Benar. Akan tetapi, saya ingin mengetahui penyebab dia mengembalikan kebun itu.”

Hakim berkata, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Yang mulia! Demi Allah, saya mengembalikannya bukan karena membencinya. Hanya saja, pada suatu hari saya datang dan ternyata saya menemukan jejak singa di dalamnya (maksudnya ialah sandal sang Raja). Saya takut diterkam oleh singa tersebut. Makanya, saya menahan diri untuk masuk ke dalam kebun untuk menghormati singa tersebut.”


Pada saat itu sang Raja sedang duduk bersandar, lantas beliau duduk dengan tegak dan berkata, “Wahai pemuda! Kembalilah pada kebunmu dalam keadaan aman dan tenang. Demi Allah, singa itu masuk ke dalam kebun tidak melakukan apa-apa. Ia tidak menyentuh daun, buah, dan apa saja. Ia berada di dalamnya hanya sebentar saja dan keluar tanpa berbuat apa-apa. Demi Allah, singa tersebut belum pernah melihat semisal kebunmu dan tidak ada yang lebih kuat perlindungannya dari pada pagar yang mengelilingi pepohonannya.”

Selanjutnya, pemuda tersebut pulang ke rumahnya dan istrinya pun dikembalikan kepadanya. Sang hakim dan lainnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.